LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum Fisiologi
hewan yang diampu oleh: Siti Nurkamilah, M.Pd
Disusun Oleh :
Dini pajriani
Eneng diarini
Hanie NF
Hanie NF
Neng vivi silvianur
Novie achdiani
Saepul milah
Silvi handriyani
BIOLOGI
3-A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI ILMU PENDIDIKAN DAN
KEGURUAN
(STKIP) GARUT
Jl.Pahlawan No.32 Sukagalih
2015/2016
BAB I
DASAR
TEORI
A.
MORFOLOGI Paramecium caudatum
Paramecium ini berukuran
sekitar 50-350ɰm. yang telah memiliki selubung inti (Eukariot). Protista ini
memiliki dua inti dalam satu sel, yaitu inti kecil (Mikronukleus) yang
berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi, dan inti besar
(Makronukleus) yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan metabolisme,
pertumbuhan, dan regenerasi. Sistem reproduksi pada protista yaitu secara
aseksual (membelah diri dengan cara transversal), dan seksual (dengan
konjugasi). Paramecium bergerak dengan menggetarkan silianya, yang bergerak melayang-layang
di dalam air. Cara menangkap makanannya adalah dengan cara menggetarkan rambut
(silianya), maka terjadi aliran air keluar dan masuk mulut sel. Saat itulah
bersamaan dengan air masuk bakteri bahan organik atau hewan uniseluler lainnya.
memiliki vakuola makanan yang berfungsi untuk mencerna dan mengedarkan makanan,
serta vakuola berdenyut yang berguna untuk mengeluarkan sisa makanan.
Bagian tubuh yang terlebar adalah bagian tengah dengan suatu lekukan mulut.
Bagian anterior tumpul, sedangkan bagian posterior runcing. Kulitnya tipis dan
elastis. Adapun yang menutupi kulit adalah rambut-rambut kecil yang jumlahnya
banyak, yang disebut silia. Lubang bagian belakang disebut pori anal. Pada
bagian luar paramecium ditemukan vakuola kontraktil dan kanal. Dan bagian dalam
paramecium terdapat sitoplasma, trichocysts, kerongkongan, vakuola makanan,
macronucleus dan mikronukleus itu sendiri. Paramecium sering disebut sepatu
animalcules karena bentuknya seperti sepatu atau sandal.
Paramecium bergerak maju
sambil mengadakan gerak rotasi yang arah perputarannya bila dilihat dari
belakang berlawanan dengan arah jarum jam. Pergerakanya tersebut terjadi karena
perpaduan antara gerak silia tubuh seperti sistem dayung dan gerak silia pada
oral groove yang sangat kuat.
Paramecium memakan mikroorganisme seperti bakteri, alga, dan ragi. paramecium
menggunakan silia untuk menyapu makanan bersama dengan air ke dalam mulut sel
setelah jatuh ke dalam alur lisan. Makanan berjalan melalui mulut ke dalam tenggorokan
dalam sel. Jika ada cukup makanan di dalamnya sehingga telah mencapai ukuran
tertentu, melepaskan diri dan membentuk vakuola makanan. Vakuola makanan
berjalan menuju sel. Lalu bergerak sepanjang enzim dari sitoplasma masuk
vakuola dan mencernanya. Makanan dicerna kemudian masuk ke dalam sitoplasma dan
vakuola semakin kecil dan lebih kecil. Ketika vakuola mencapai pori anal limbah
sisa belum dicernakan akan dihapus. Paramecium dapat mengeluarkan trichocyts
ketika mereka mendeteksi makanan, dalam rangka untuk lebih menangkap mangsanya.
Trichocyts ini diisi dengan protiens. Trichocysts juga dapat digunakan sebagai
metode pertahanan diri. Paramecium adalah heterotrophs. bentuk umum mereka dari
mangsanya adalah bakteri. Hewan ini banyak hidup di air tawar, mudah ditemukan
pada sisa tumbuhan yang membusuk
Selain itu Paramecium juga memiliki beberapa sel dari Paramecium caudatum yang
memiliki fungsi masing – masing disini akan disebutkan fungsi tersebut :
Pelikel/Pelliculus
– meliputi membran yang melindungi paramecium seperti kulit.
Cilia – pelengkap seperti rambut yang membantu bergerak dan makanan
paramecium.
Rongga Mulut
– mengumpulkan dan mengarahkan makanan ke dalam mulut sel.
Mulut
sel/Cytosome – untuk makanan.
Cytopharynix
– tekak sel.
Pori Anal –
untuk mengeluarkan limbah
Vakuola
Kontraktil (Vakuola berdenyut) – untuk mengeluarkan sisa makanan cair dengan
berkontraksi/berdenyut.
Vakuola
Makanan – untuk mencerna makanan sambil mengedarkan ke seluruh sel.
Sitoplasma –
cairan antar sel yang dibutuhkan untuk komponen sel penting
Trichocyst –
digunakan untuk pertahanan
Tenggorokan
– jalan makanan menuju vakuola makanan
Macronucleus
– yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan metabolisme, pertumbuhan, dan
regenerasi.
Mikronukleus
– yang berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi, dan inti besar.
B.
SISTEM PENCERNAAN
Untuk mengetahui bagaimana proses pencernaan makanan dalam paramecium, biasanya
dilakukan suatu praktikum sederhana yang diawali dengan pembuatan sediaan
makanan paramecium yang berupa ragi (yeast). Selanjutnya, pada sediaan makanan
ditambahkan Congo Red. Congo Red merupakan indikator Ph yang dapat digunakan
untuk mendeteksi perubahan Ph pada saat terjadi proses pencernaan makanan dalam
vakuola makanan paramecium berdasarkan pada perubahan warna yang ditimbulkan.
Congo red memiliki sifat asam dengan Ph antara 3 – 5,2. Pada Ph 5, Congo Red
akan berwarna ungu dan akan berwarna biru pada Ph dibawah 3.
Pada paramecium, pencernaan makanan terjadi dalam vakuola makanan. Vakuola makanan
merupakan organel yang berfungsi untuk menerima makanan, mencerna makanan, dan
mengedarannya ke seluruh bagian sel dengan cara mengelilingi sel. Awalnya
makana masuk ke dalam sel melalui “rongga mulut” (oral groove), lalu masuk ke
dalam sitostoma. Kemudian makanan akan didorong masuk ke dalam sitofaring
dengan bantuan gerakan silia dan dorongan air yang masuk. Ketika makanan
mencapai bagian dasar sitofaring, vakuola makanan akan dibentuk.
Pencernaan makanan di dalam vakuola makanan terjadi pada saat vakuola makanan
bergerak di dalam sitoplasma, yang disebut dengan gerak siklosis. Enzim
pencernaan yang terlibat adalah protease, karbohidrase, dan esterase yang
disekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola makanan. Vakuola makanan yang
bergerak secara siklosis akan mengecil ukurannya secara bertahap karena proses
digesti dan absorpsi.
Dalam praktikum dengan menggunakan Congo Red akan terjadi perubahan warna pada
vakuola makanan Paramecium yang menandakan adanya proses pencernaan makanan.
Adanya perubahan warna pada vakuola makanan paramecium menunjukkan terjadinya
perubahan pH. Perubahan pH pada vakuola makanan paramecium selama proses
pencernaan makanan disebabkan karena adanya enzim-enzim yang diekskresikan oleh
lisosom. Untuk mencerna makanan, lisosom akan berfusi dengan vakuola makanan .
Enzim-enzim pada lisosom akan bekerja optimal pada pH sekitar 5. Jadi ketika
sediaan makanan berupa ragi dan Congo Red masuk ke dalam vakuola makanan,
keadaan vakuola makanan yang pada awalnya bersifat basa akan berubah menjadi
bersifat asam untuk mengoptimalkan kerja enzim-enzim yang dihasilkan oleh
lisosom. Setelah proses pencernaan makanan selesai, maka vakuola makanan dan
lisosom yang awalnya berfusi akan berpisah kembali. Lisosom terpisah dari
vakuola makanan dengan membawa enzim-enzim yang tadi dibawanya. Hal ini
menyebabkan suasana pada vakuola makanan kembali menjadi basa.
Setelah
makanan dicerna, ada bagian dari substansi makanan yang diabsorpsi masuk
kedalam darah untuk diangkut menuju ke sel jaringan, namun ada juga bagian dari
substansi makanan yang tidak dapat dicerna (dalam bentuk zat buangan). Zat
buangan ini disimpan untuk sementara utuk kemudian dibuang keluar melalui
sitopage. Proses pembuangan ini disebut defekasi.
BAB II
TUJUAN ALAT BAHAN & LANGKAH KERJA
a.
Tujuan
Setelah melakukan praktikum, kami dapat mengetahui perbedaan
keadaan Paramecium sp pada jerami
yang di didihkan dan tidak di didihkan serta mengetahui proses pencernaan dan
proses pengeluaran sisa makanan yang tidak dicerna pada paramecium sp yang dicernanya.
b.
Alat
1.
Spirtus
2.
Termometer
3.
Mikroskop
4.
Gelas kimia
5.
Kaki tiga
6.
Kasa asbes
7.
Pipet
8.
Cover glass
9.
Kaca Object
10.
Tisu
11.
Handphond
Bahan
1.
Air Sungai
2.
Jerami
3.
Kapas
4.
Tisu
5.
Kain
kasa/plastik
6.
Kultur Paramecium sp
7.
Ragi
8.
Congo red
9.
Carmin
c.
Langkah
Kerja
Perlakuan
1 (pada kultur jaringan yang jeraminya di didihkan )
1.
Membuka tutup media kultur jaringan murniParamecium Sp
2.
Meneteskan air rendaman jerami dari
kultur jaringan murni yang telah disediakan.
3.
Meneteskan larutan ragi keatas tetesan
air kultur jaringan.
4 Membubuhkan sedikit serat kapas diatas
tetesan kultur.
5.
Menutup dengan menggunakan cover glass
6.
Mengamati proses pencernaan makanan dan
siklosis paramecium di bawah mikroskop.
Perlakuan
2 (pada kultur jaringan yang jeraminya di didihkan )
1.
Membuka tutup media kultur jaringan Paramecium Sp
2.
Meneteskan air rendaman jerami dari
kultur jaringan murni yang telah disediakan.
3.
Meneteskan larutan ragi yang telah
dicampur cermin congo red keatas tetesan
air kultur jaringan.
4.
Bubuhkan sedikit serat kapas diatas
tetesan kultur.
5.
Menutup dengan menggunakan cover glass
6.
Mengamati proses pencernaan makanan dan
siklosis paramecium di bawah mikroskop.
Melakukan hal yang sama
dengan dua perlakuan seperti di atas
pada kultur jaringan murni Paramecium
sp yang jeraminya tidak didihkan
BAB III
HASIL PENGAMATAN & PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
Dari
hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembiakan Paramecium sp yang di beri 2
perlakuan yang berbeda untuk media pembiakan Paramecium sp ,yaitu sampel air A yang didihkan bersama jerami
dalam suhu 100 oCdan sampel B yang didihkan terlebih dahulu baru di
beri jerami. Setelah seminggu di biakan dapat terlihat bahwa pada sampel air A
paramecium yang telah dibiakan cukup
banyak dan ukurannya pun lebih besar dibandingkan dengan Paramecium sp yang ada pada sampel B, yang ukurannya lebih kecil
sedangkan jumlahnya sangat banyak.Hal
tersebut dapat terjadi karena jerami yang
telah ikut di panaskan dalam air hingga suhu100oC menyebabkan
perkembangan spora atau makanan yang dibutukan lebih banyak atau menigkat
apabila di bandingkan dengan jerami yang baru diamsukan ketika air sudah
didihkan.
Selanjutnya kami mengamati system pencernaan dari paramecium sp dengan perlakuan yang
berbeda yaitu:
1.
Dengan menggunakan
ragi
Proses
pencernaan makanan pada paramecium sp diawali
dengan masuknya partikel-partikel makanan melalui rongga mulut (oral groove)
secara endositosis, lalu masuk kedalam sitostoma dan kemudian makanan akan didorong
masuk kedalam sitofaring dengan bantuan air yang masuk dan gerakan cilia.
Ketika mencapai bagian dasar sitofaring vakuola makanan akan terbentuk
.Pencernaan makanan akan terjadi pada saat vakuola makanan bergerak di dalam
sitoplasma (gerak siklosis) dengan membentuk perputaran searah jarum jam.
Ketika paramecium sp ini kenyang perputarannya
menjadi melambat dan gerakannya pun cenderung pasif.
2.
Dengan menggunakan
congo-Red
Pada percobaan ini
terjadinya proses pencernaan makanan yang ditandai dengan perubahan warna pada tubuh,
adanya perubahan warna tersebut menunjukan terjadinya perubahan PH pada vakuola
makanan yang disebabkan oleh enzim yang
disekresikan oleh lisosom. Enzim tersebut akan merubah suasana PH pada vakuola menjadi
asam, sehingga makanan dapat tercerna dengan baik. setelah proses pencernaan selesai,
vakuola makanan dan lisosom akan berpisah kembali sehingga menyebabkan keadaan
PH dalam vakuola makanan berubah menjadi netral atau kembali menjadi basa.
Ketika tejadi proses pencernaan ini Paramecium
melakukan perputaran searah jarum jam.Sama halnya dengan percobaan
pengamatan system pencernaan pada Paramecium
sp yang pertama ,ketika kenyang perputarannya menjadi melambat dan gerakannya
pun cenderung pasif.
Pencernaan makanan di dalam vakuola makanan terjadi pada saat vakuola makanan
bergerak di dalam sitoplasma, yang disebut dengan gerak siklosis. Enzim
pencernaan yang terlibat adalah protease, karbohidrase, dan esterase yang
disekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola makanan. Vakuola makanan yang
bergerak secara siklosis akan mengecil ukurannya secara bertahap karena proses
digesti dan absorpsi.
Dalam praktikum dengan menggunakan Congo Red akan terjadi perubahan warna pada
vakuola makanan Paramecium yang menandakan adanya proses pencernaan makanan.
Adanya perubahan warna pada vakuola makanan paramecium menunjukkan terjadinya
perubahan pH. Perubahan pH pada vakuola makanan paramecium selama proses
pencernaan makanan disebabkan karena adanya enzim-enzim yang diekskresikan oleh
lisosom. Untuk mencerna makanan, lisosom akan berfusi dengan vakuola makanan .
Enzim-enzim pada lisosom akan bekerja optimal pada pH sekitar 5. Jadi ketika
sediaan makanan berupa ragi dan Congo Red masuk ke dalam vakuola makanan,
keadaan vakuola makanan yang pada awalnya bersifat basa akan berubah menjadi
bersifat asam untuk mengoptimalkan kerja enzim-enzim yang dihasilkan oleh
lisosom. Setelah proses pencernaan makanan selesai, maka vakuola makanan dan
lisosom yang awalnya berfusi akan berpisah kembali. Lisosom terpisah dari
vakuola makanan dengan membawa enzim-enzim yang tadi dibawanya. Hal ini
menyebabkan suasana pada vakuola makanan kembali menjadi basa.
Setelah
makanan dicerna, ada bagian dari substansi makanan yang diabsorpsi masuk
kedalam darah untuk diangkut menuju ke sel jaringan, namun ada juga bagian dari
substansi makanan yang tidak dapat dicerna (dalam bentuk zat buangan). Zat
buangan ini disimpan untuk sementara utuk kemudian dibuang keluar melalui
sitopage. Proses pembuangan ini disebut defekasi.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN PERTANYAAN
A.
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan kami dalam praktikum pembuatan
kultur Paramecium sp yang dilakukan selama 2 minggu dalam 3 kali percobaan maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pada paramecium sp proses pencernaan makanan berlangsung
di dalam vakuola makanan, vakuola makanan tersebut berfungsi sebagai alat
pencernaan dan alat ekskresi. Pada awalnya lisosom akan mengeluarkan enzim
perncernaan ke dalam vakuola makanan sehingga makanan tersebut mudah untuk
dicerna. Kemudian terjadi proses pemisahan berbagai garam kalsium sehingga
dapat menyebabkan suasana lingkungan mempunyai PH yang seimbang dengan tujuan
agar enzim pencernaan bekerja secara maksimal. Dengan keadaan PH yang seimbang
dapat menyebabkan bahan makanan lebih sederhana dan mudah diserap oleh
sitoplasma. Lalu makanan tersebut akan masuk ke dalam sitofaring. Apabila
vakuola makanan menjadi netral dengan lingkungannya menandakan bahwa proses
pencernaan makanan sudah selesai. Sari-sari makanan yang tidak diserap oleh sel
tubuh akan dikeluarkan melalui eksositosis.
Mekanisme proses pencernaan makanan pada paramecium
sering disebut dengan gerak siklosis. Gerak tersebut diawali oleh adanya
gerakan ke bagian posterior yang kemudian akan bergerak menuju anterior,
setelah sampai di ujung anterior maka gerakan tersebut akan berlanjut kembali
menuju posterior melewati oral groove dan berakhir menuju anus.
B. Pertanyaan
1.
Bagaimana
terjadinya vakuola makanan ?
2.
Apakah
vakuola makanan itu bergerak ?
3.
Jika
bergerak, kemanakah arahnya dan berapa lama sampai terjadinya defekasi ?
Jawab
!
1.
Vakuola makanan dapat terjadi ketika makanan
masuk melalui rongga mulut kemudian masuk ke dalam sitoplasma. Lalu makanan
tersebut akan didorong dan masuk ke dalam sitofaring. Saat makanan sudah
mencapai pada bagian dasar sitofaring tersebut,
pada saat itulah terjadi proses vakuola makanan.
2.
Ya,
vakuola makanan tersebut dapat bergerak.
3.
Arah
gerak vakuola makanan sering disebut gerak siklosis, yang berarti bahwa vakuola
makanan yang berasal dari sitofaring akan bergerak ke posterior kemudian ke
anterior lalu kembali ke posterior dan selanjutnya akan menuju ke anus.
Pengeluaran sisa makanan tersebut melalui sitopage yang terletak di posterior
mulut.
Daftar
pustaka
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata
(Teori dan Praktik). Bandung : ALFABETA https://nisanisaa.wordpress.com/2011/05/05/pembahasan-laporan-praktikum-pencernaan-paramecium/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar