Minggu, 16 Oktober 2016

laporan


LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
PENCERNAAN MAKAN PADA PARAMECIUM SP
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum Fisiologi hewan yang diampu oleh: Siti Nurkamilah, M.Pd

Disusun Oleh :
Dini pajriani
Eneng diarini
Hanie NF
Neng vivi silvianur
Novie achdiani
Saepul milah
Silvi handriyani



BIOLOGI 3-A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
(STKIP) GARUT
Jl.Pahlawan No.32 Sukagalih
2015/2016


BAB I
DASAR TEORI
A.    MORFOLOGI Paramecium caudatum
     Paramecium ini berukuran sekitar 50-350ɰm. yang telah memiliki selubung inti (Eukariot). Protista ini memiliki dua inti dalam satu sel, yaitu inti kecil (Mikronukleus) yang berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi, dan inti besar (Makronukleus) yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan metabolisme, pertumbuhan, dan regenerasi. Sistem reproduksi pada protista yaitu secara aseksual (membelah diri dengan cara transversal), dan seksual (dengan konjugasi). Paramecium bergerak dengan menggetarkan silianya, yang bergerak melayang-layang di dalam air. Cara menangkap makanannya adalah dengan cara menggetarkan rambut (silianya), maka terjadi aliran air keluar dan masuk mulut sel. Saat itulah bersamaan dengan air masuk bakteri bahan organik atau hewan uniseluler lainnya. memiliki vakuola makanan yang berfungsi untuk mencerna dan mengedarkan makanan, serta vakuola berdenyut yang berguna untuk mengeluarkan sisa makanan.
      Bagian tubuh yang terlebar adalah bagian tengah dengan suatu lekukan mulut. Bagian anterior tumpul, sedangkan bagian posterior runcing. Kulitnya tipis dan elastis. Adapun yang menutupi kulit adalah rambut-rambut kecil yang jumlahnya banyak, yang disebut silia. Lubang bagian belakang disebut pori anal. Pada bagian luar paramecium ditemukan vakuola kontraktil dan kanal. Dan bagian dalam paramecium terdapat sitoplasma, trichocysts, kerongkongan, vakuola makanan, macronucleus dan mikronukleus itu sendiri. Paramecium sering disebut sepatu animalcules karena bentuknya seperti sepatu atau sandal.
      Paramecium bergerak maju sambil mengadakan gerak rotasi yang arah perputarannya bila dilihat dari belakang berlawanan dengan arah jarum jam. Pergerakanya tersebut terjadi karena perpaduan antara gerak silia tubuh seperti sistem dayung dan gerak silia pada oral groove yang sangat kuat.
     Paramecium memakan mikroorganisme seperti bakteri, alga, dan ragi. paramecium menggunakan silia untuk menyapu makanan bersama dengan air ke dalam mulut sel setelah jatuh ke dalam alur lisan. Makanan berjalan melalui mulut ke dalam tenggorokan dalam sel. Jika ada cukup makanan di dalamnya sehingga telah mencapai ukuran tertentu, melepaskan diri dan membentuk vakuola makanan.  Vakuola makanan berjalan menuju sel. Lalu bergerak sepanjang enzim dari sitoplasma masuk vakuola dan mencernanya. Makanan dicerna kemudian masuk ke dalam sitoplasma dan vakuola semakin kecil dan lebih kecil. Ketika vakuola mencapai pori anal limbah sisa belum dicernakan akan dihapus. Paramecium dapat mengeluarkan trichocyts ketika mereka mendeteksi makanan, dalam rangka untuk lebih menangkap mangsanya. Trichocyts ini diisi dengan protiens. Trichocysts juga dapat digunakan sebagai metode pertahanan diri. Paramecium adalah heterotrophs. bentuk umum mereka dari mangsanya adalah bakteri. Hewan ini banyak hidup di air tawar, mudah ditemukan pada sisa tumbuhan yang membusuk
     Selain itu Paramecium juga memiliki beberapa sel dari Paramecium caudatum yang memiliki fungsi masing – masing disini akan disebutkan fungsi tersebut :
Pelikel/Pelliculus – meliputi membran yang melindungi paramecium seperti kulit.
Cilia – pelengkap seperti rambut yang membantu bergerak dan makanan paramecium.
Rongga Mulut – mengumpulkan dan mengarahkan makanan ke dalam mulut sel.
Mulut sel/Cytosome – untuk makanan.
Cytopharynix – tekak sel.
Pori Anal – untuk mengeluarkan limbah
Vakuola Kontraktil (Vakuola berdenyut) – untuk mengeluarkan sisa makanan cair dengan berkontraksi/berdenyut.
Vakuola Makanan – untuk mencerna makanan sambil mengedarkan ke seluruh sel.
Sitoplasma – cairan antar sel yang dibutuhkan untuk komponen sel penting
Trichocyst – digunakan untuk pertahanan
Tenggorokan – jalan makanan menuju vakuola makanan
Macronucleus – yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan metabolisme, pertumbuhan, dan regenerasi.
Mikronukleus – yang berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi, dan inti besar.
B.     SISTEM PENCERNAAN
   Untuk mengetahui bagaimana proses pencernaan makanan dalam paramecium, biasanya dilakukan suatu praktikum sederhana yang diawali dengan pembuatan sediaan makanan paramecium yang berupa ragi (yeast). Selanjutnya, pada sediaan makanan ditambahkan Congo Red. Congo Red merupakan indikator Ph yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan Ph pada saat terjadi proses pencernaan makanan dalam vakuola makanan paramecium berdasarkan pada perubahan warna yang ditimbulkan. Congo red memiliki sifat asam dengan Ph antara 3 – 5,2. Pada Ph 5, Congo Red akan berwarna ungu dan akan berwarna biru pada Ph dibawah 3.
      Pada paramecium, pencernaan makanan terjadi dalam vakuola makanan. Vakuola makanan merupakan organel yang berfungsi untuk menerima makanan, mencerna makanan, dan mengedarannya ke seluruh bagian sel dengan cara mengelilingi sel. Awalnya makana masuk ke dalam sel melalui “rongga mulut” (oral groove), lalu masuk ke dalam sitostoma. Kemudian makanan akan didorong masuk ke dalam sitofaring dengan bantuan gerakan silia dan dorongan air yang masuk. Ketika makanan mencapai bagian dasar sitofaring, vakuola makanan akan dibentuk.
     Pencernaan makanan di dalam vakuola makanan terjadi pada saat vakuola makanan bergerak di dalam sitoplasma, yang disebut dengan gerak siklosis. Enzim pencernaan yang terlibat adalah protease, karbohidrase, dan esterase yang disekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola makanan. Vakuola makanan yang bergerak secara siklosis akan mengecil ukurannya secara bertahap karena proses digesti dan absorpsi.
   Dalam praktikum dengan menggunakan Congo Red akan terjadi perubahan warna pada vakuola makanan Paramecium yang menandakan adanya proses pencernaan makanan. Adanya perubahan warna pada vakuola makanan paramecium menunjukkan terjadinya perubahan pH. Perubahan pH pada vakuola makanan paramecium selama proses pencernaan makanan disebabkan karena adanya enzim-enzim yang diekskresikan oleh lisosom. Untuk mencerna makanan, lisosom akan berfusi dengan vakuola makanan .
      Enzim-enzim pada lisosom akan bekerja optimal pada pH sekitar 5. Jadi ketika sediaan makanan berupa ragi dan Congo Red masuk ke dalam vakuola makanan, keadaan vakuola makanan yang pada awalnya bersifat basa akan berubah menjadi bersifat asam untuk mengoptimalkan kerja enzim-enzim yang dihasilkan oleh lisosom. Setelah proses pencernaan makanan selesai, maka vakuola makanan dan lisosom yang awalnya berfusi akan berpisah kembali. Lisosom terpisah dari vakuola makanan dengan membawa enzim-enzim yang tadi dibawanya. Hal ini menyebabkan suasana pada vakuola makanan kembali menjadi basa.
      Setelah makanan dicerna, ada bagian dari substansi makanan yang diabsorpsi masuk kedalam darah untuk diangkut menuju ke sel jaringan, namun ada juga bagian dari substansi makanan yang tidak dapat dicerna (dalam bentuk zat buangan). Zat buangan ini disimpan untuk sementara utuk kemudian dibuang keluar melalui sitopage. Proses pembuangan ini disebut defekasi.

BAB II
TUJUAN ALAT BAHAN & LANGKAH KERJA
a.      Tujuan
Setelah melakukan praktikum, kami dapat mengetahui perbedaan keadaan Paramecium sp pada jerami yang di didihkan dan tidak di didihkan serta mengetahui proses pencernaan dan proses pengeluaran sisa makanan yang tidak dicerna pada paramecium sp yang dicernanya.
b.      Alat
1.         Spirtus
2.         Termometer
3.         Mikroskop
4.         Gelas kimia
5.         Kaki tiga
6.         Kasa asbes
7.         Pipet
8.         Cover glass
9.         Kaca Object
10.     Tisu
11.     Handphond

Bahan
1.         Air Sungai
2.         Jerami
3.         Kapas
4.         Tisu
5.         Kain kasa/plastik
6.         Kultur Paramecium sp
7.         Ragi
8.         Congo red
9.         Carmin

c.       Langkah Kerja
Perlakuan 1 (pada kultur jaringan yang jeraminya di didihkan )
1.        Membuka tutup  media kultur jaringan murniParamecium Sp
2.        Meneteskan air rendaman jerami dari kultur jaringan murni yang telah disediakan.
3.        Meneteskan larutan ragi keatas tetesan air kultur jaringan.
4        Membubuhkan sedikit serat kapas diatas tetesan kultur.
5.        Menutup dengan menggunakan cover glass
6.        Mengamati proses pencernaan makanan dan siklosis paramecium di bawah mikroskop.
Perlakuan 2 (pada kultur jaringan yang jeraminya di didihkan )
1.        Membuka tutup  media kultur jaringan Paramecium Sp
2.        Meneteskan air rendaman jerami dari kultur jaringan murni yang telah disediakan.
3.        Meneteskan larutan ragi yang telah dicampur cermin congo red  keatas tetesan air kultur jaringan.
4.        Bubuhkan sedikit serat kapas diatas tetesan kultur.
5.        Menutup dengan menggunakan cover glass
6.        Mengamati proses pencernaan makanan dan siklosis paramecium di bawah mikroskop.

Melakukan hal yang sama dengan dua perlakuan seperti di atas  pada kultur jaringan murni Paramecium sp yang jeraminya tidak didihkan



BAB III
HASIL PENGAMATAN & PEMBAHASAN
A.    HASIL PENGAMATAN

paramecium dari hasil pengamatan
paramecium dari literatur 
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembiakan Paramecium sp yang di beri  2 perlakuan yang berbeda untuk media pembiakan Paramecium sp ,yaitu sampel air A yang didihkan bersama jerami dalam suhu 100 oCdan sampel B yang didihkan terlebih dahulu baru di beri jerami. Setelah seminggu di biakan dapat terlihat bahwa pada sampel air A paramecium yang  telah dibiakan cukup banyak dan ukurannya pun lebih besar dibandingkan dengan Paramecium sp yang ada pada sampel B, yang ukurannya lebih kecil sedangkan  jumlahnya sangat banyak.Hal tersebut dapat terjadi karena jerami yang  telah ikut di panaskan dalam air hingga suhu100oC menyebabkan perkembangan spora atau makanan yang dibutukan lebih banyak atau menigkat apabila di bandingkan dengan jerami yang baru diamsukan ketika air sudah didihkan.
Selanjutnya kami mengamati system pencernaan dari paramecium sp dengan perlakuan yang berbeda yaitu:
1.    Dengan menggunakan ragi
Proses pencernaan makanan pada paramecium sp diawali dengan masuknya partikel-partikel makanan melalui rongga mulut (oral groove) secara endositosis, lalu masuk kedalam sitostoma dan kemudian makanan akan didorong masuk kedalam sitofaring dengan bantuan air yang masuk dan gerakan cilia. Ketika mencapai bagian dasar sitofaring vakuola makanan akan terbentuk .Pencernaan makanan akan terjadi pada saat vakuola makanan bergerak di dalam sitoplasma (gerak siklosis) dengan membentuk perputaran searah jarum jam. Ketika paramecium sp ini kenyang perputarannya menjadi melambat dan gerakannya pun cenderung pasif.
2.    Dengan menggunakan congo-Red
Pada percobaan ini terjadinya proses pencernaan makanan yang ditandai dengan perubahan warna pada tubuh, adanya perubahan warna tersebut menunjukan terjadinya perubahan PH pada vakuola makanan  yang disebabkan oleh enzim yang disekresikan oleh lisosom. Enzim tersebut akan merubah suasana PH pada vakuola menjadi asam, sehingga makanan dapat tercerna dengan baik. setelah proses pencernaan selesai, vakuola makanan dan lisosom akan berpisah kembali sehingga menyebabkan keadaan PH dalam vakuola makanan berubah menjadi netral atau kembali menjadi basa. Ketika tejadi proses pencernaan ini Paramecium melakukan perputaran searah jarum jam.Sama halnya dengan percobaan pengamatan system pencernaan pada Paramecium sp yang pertama ,ketika kenyang perputarannya menjadi melambat dan gerakannya pun cenderung pasif.
     Pencernaan makanan di dalam vakuola makanan terjadi pada saat vakuola makanan bergerak di dalam sitoplasma, yang disebut dengan gerak siklosis. Enzim pencernaan yang terlibat adalah protease, karbohidrase, dan esterase yang disekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola makanan. Vakuola makanan yang bergerak secara siklosis akan mengecil ukurannya secara bertahap karena proses digesti dan absorpsi.
   Dalam praktikum dengan menggunakan Congo Red akan terjadi perubahan warna pada vakuola makanan Paramecium yang menandakan adanya proses pencernaan makanan. Adanya perubahan warna pada vakuola makanan paramecium menunjukkan terjadinya perubahan pH. Perubahan pH pada vakuola makanan paramecium selama proses pencernaan makanan disebabkan karena adanya enzim-enzim yang diekskresikan oleh lisosom. Untuk mencerna makanan, lisosom akan berfusi dengan vakuola makanan .
      Enzim-enzim pada lisosom akan bekerja optimal pada pH sekitar 5. Jadi ketika sediaan makanan berupa ragi dan Congo Red masuk ke dalam vakuola makanan, keadaan vakuola makanan yang pada awalnya bersifat basa akan berubah menjadi bersifat asam untuk mengoptimalkan kerja enzim-enzim yang dihasilkan oleh lisosom. Setelah proses pencernaan makanan selesai, maka vakuola makanan dan lisosom yang awalnya berfusi akan berpisah kembali. Lisosom terpisah dari vakuola makanan dengan membawa enzim-enzim yang tadi dibawanya. Hal ini menyebabkan suasana pada vakuola makanan kembali menjadi basa.
      Setelah makanan dicerna, ada bagian dari substansi makanan yang diabsorpsi masuk kedalam darah untuk diangkut menuju ke sel jaringan, namun ada juga bagian dari substansi makanan yang tidak dapat dicerna (dalam bentuk zat buangan). Zat buangan ini disimpan untuk sementara utuk kemudian dibuang keluar melalui sitopage. Proses pembuangan ini disebut defekasi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN PERTANYAAN
A.    Kesimpulan
Dari hasil pengamatan kami dalam praktikum pembuatan kultur Paramecium sp yang dilakukan selama 2 minggu dalam 3 kali percobaan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pada paramecium sp proses pencernaan makanan berlangsung di dalam vakuola makanan, vakuola makanan tersebut berfungsi sebagai alat pencernaan dan alat ekskresi. Pada awalnya lisosom akan mengeluarkan enzim perncernaan ke dalam vakuola makanan sehingga makanan tersebut mudah untuk dicerna. Kemudian terjadi proses pemisahan berbagai garam kalsium sehingga dapat menyebabkan suasana lingkungan mempunyai PH yang seimbang dengan tujuan agar enzim pencernaan bekerja secara maksimal. Dengan keadaan PH yang seimbang dapat menyebabkan bahan makanan lebih sederhana dan mudah diserap oleh sitoplasma. Lalu makanan tersebut akan masuk ke dalam sitofaring. Apabila vakuola makanan menjadi netral dengan lingkungannya menandakan bahwa proses pencernaan makanan sudah selesai. Sari-sari makanan yang tidak diserap oleh sel tubuh akan dikeluarkan melalui eksositosis.
Mekanisme proses pencernaan makanan pada paramecium sering disebut dengan gerak siklosis. Gerak tersebut diawali oleh adanya gerakan ke bagian posterior yang kemudian akan bergerak menuju anterior, setelah sampai di ujung anterior maka gerakan tersebut akan berlanjut kembali menuju posterior melewati oral groove dan berakhir menuju anus.


B.     Pertanyaan
1.    Bagaimana terjadinya vakuola makanan ?
2.    Apakah vakuola makanan itu bergerak ?
3.    Jika bergerak, kemanakah arahnya dan berapa lama sampai terjadinya defekasi ?
Jawab !
1.     Vakuola makanan dapat terjadi ketika makanan masuk melalui rongga mulut kemudian masuk ke dalam sitoplasma. Lalu makanan tersebut akan didorong dan masuk ke dalam sitofaring. Saat makanan sudah mencapai pada bagian dasar sitofaring tersebut,  pada saat itulah terjadi proses vakuola makanan.
2.    Ya, vakuola makanan tersebut dapat bergerak.
3.    Arah gerak vakuola makanan sering disebut gerak siklosis, yang berarti bahwa vakuola makanan yang berasal dari sitofaring akan bergerak ke posterior kemudian ke anterior lalu kembali ke posterior dan selanjutnya akan menuju ke anus. Pengeluaran sisa makanan tersebut melalui sitopage yang terletak di posterior mulut.

Daftar pustaka
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung : ALFABETA https://nisanisaa.wordpress.com/2011/05/05/pembahasan-laporan-praktikum-pencernaan-paramecium/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar