Jumat, 09 Desember 2016

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN KONSUMSI OKSIGEN PADA HEWAN



LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
KONSUMSI OKSIGEN PADA HEWAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Fisiologi Hewan yang diampu oleh Siti Nurkamilah, M.Pd.
Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Dini Fajriani (14541001)
Eneng Diarini Nur Fadilah (14541010)
Hanie Nur Fauziah (14541039)
Neng Vivi Silvianur (14541030)
Novie Achdiani Pratiwi (14541023)
Saepul Milah (14541015)
Silvi  Handriyati (14541013)
BIOLOGI 3-A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) GARUT
Jl.Pahlawan No.32 Sukagalih
2016
1.1  Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui kecepatan respirasi pada jangkrik dan factor yang mempengaruhi  kecepatan respirasi pada  jangkrik
2.1 Alat dan Bahan
·         Alat
-          Respirometer
-          Kapas
-          Stopwatch
-          Alat tulis
-          Gelas kimia
-          Spatula
-          Pipet tetes

·         Bahan
-          KOH
-          Jangkrik
-          Vaselin
-          Eosin
3.1 Cara Kerja
Percobaan 1
1.      Diambil 4 jangkrik yang akan diamati
2.      Diambil 2 jangkrik yaitu jangkrik jantan dan jangkrik betina.
3.      Ditimbang jangkrik jantan dan jangkrik betina tersebut.
4.      Diperoleh berat jangkrik jantan 27,06 gr dan jangkrik betina 27,02 gr.
5.      Dimasukan Kristal KOH  yang telah dibungkus dengan kapas ke dalam respirometer sederhana.
6.      Dimasukan jangkrik jantan 27,06 gr ke dalam respirometer sederhana.
7.      Ditutup dengan penutup respirometer sederhana dengan menggunakan vaselin.
8.      Diamati pergerakan eosin pada pipa skala.
9.      Dihitung pergerakannya selama 10 menit dengan 3 kali percobaan.
10.  Dihitung konsumsi oksigen dengan menuliskannya di dalam tabel yang disediakan.
11.  Dimasukan Kristal KOH  yang telah dibungkus dengan kapas ke dalam respirometer sederhana.
12.  Dimasukkan jangkrik betina 27,02 gr ke dalam respirometer sederhana.
13.  Ditutup dengan penutup respirometer sederhana dengan menggunakan vaselin.
14.  Diamati pergerakan eosin pada pipa skala
15.  Dihitung pergerakannya selama 10 menit dengan 3 kali percobaan.
16.  Dihitung konsumsi oksigen dengan menuliskannya di dalam tabel yang disediakan.
17.  Dibandingkan konsumsi oksigen antara jangkrik jantan 27,06 gr dengan jangkrik betina 27,02 gr.

Perlakuan 2
1.      Diambil 2 jangkrik jantan yang berbeda beratnya.
2.      Ditimbang kedua jangkrik tersebut.
3.      Diperoleh berat jangkrik pertama 27,08 gr dan jangkrik jantan kedua 27,20 gr.
4.      Dimasukan Kristal KOH  yang telah dibungkus dengan kapas ke dalam respirometer sederhana.
5.      Dimasukan jangkrik jantan pertama 27,08 gr ke dalam respirometer sederhana.
6.      Ditutup dengan penutup respirometer sederhana dengan menggunakan vaselin.
7.      Diamati pergerakan eosin pada pipa skala
8.      Dihitung pergerakannya selama 10 menit dengan 3 kali percobaan.
9.      Dihitung konsumsi oksigen dengan menuliskannya di dalam tabel yang disediakan.
10.  Dimasukan Kristal KOH  yang telah dibungkus dengan kapas ke dalam respirometer sederhana.
11.  Dimasukan jangkrik jantan kedua 27,20 gr ke dalam respirometer sederhana.
12.  Ditutup dengan penutup respirometer sederhana dengan menggunakan vaselin.
13.  Diamati pergerakan eosin pada pipa skala
14.  Dihitung pergerakannya selama 10 menit dengan 3 kali percobaan.
15.  Dihitung konsumsi oksigen dengan menuliskannya di dalam tabel yang disediakan.
16.  Dibandingkan konsumsi oksigen antara jangkrik jantan pertama 27,08 gr dengan jangkrik jantan kedua 27,20 gr.
4.1 Hasil dan Pembahasan
Berikut ini adalah tabel konsumsi oksigen pada 4 jangkrik yang telah diamati :

TABEL PENGAMATAN
1.      Jantan-betina
a.      Jantan (27,06 gr)
WAKTU
VOLUME O2
10 menit ke 1
0,57 ml
10 menit ke 2
0,26 ml
10 menit ke 3
0,14 ml
Rata-rata
0,37 ml


Berat tubuh = berat akhir-berat awal
                    = 27,06 gr – 22,10 gr
                    = 4,96 gr
Konsumsi O2 pada jangkrik
= rata-rata / waktu / berat jangkrik
= 0,37 ml / 10 menit / 4,96 gr
= 7,45 ml / menit / gr

b.      Betina (27,02 gr)
WAKTU
VOLUME O2
10 menit ke 1
0,24 ml
10 menit ke 2
0,11 ml
10 menit ke 3
0,09 ml
Rata-rata
0,15 ml
Berat tubuh = berat akhir-berat awal
                    = 27,02 gr – 22,10 gr
                    = 4,92 gr
Konsumsi O2 pada jangkrik
= rata-rata / waktu / berat jangkrik
= 0,15 ml / 10 menit / 4,92 gr
= 3,04 ml / menit / gr

2.      Jantan-jantan
a.      Jantan (27,08 gr)
WAKTU
VOLUME O2
10 menit ke 1
0,15 ml
10 menit ke 2
0,2 ml
10 menit ke 3
0,14 ml
Rata-rata
0,16 ml
Berat tubuh = berat akhir-berat awal
                    = 27,08 gr – 22,10 gr
                    = 4,98 gr
Konsumsi O2 pada jangkrik
= rata-rata / waktu / berat jangkrik
= 0,16 ml / 10 menit / 4,98 gr
= 3,21 ml / menit / gr

b.      Jantan (27,20 gr)
WAKTU
VOLUME O2
10 menit ke 1
0,28 ml
10 menit ke 2
0,20 ml
10 menit ke 3
0,16 ml
Rata-rata
0,21 ml
Berat tubuh = berat akhir-berat awal
                    = 27,20 gr – 22,10 gr
                    = 5,1 gr
Konsumsi O2 pada jangkrik
= rata-rata / waktu / berat jangkrik
= 0,21 ml / 10 menit / 5,1 gr
= 4,11 ml / menit / gr

5.1 Pembahasan
                 Pada praktikum repirasi kali ini menggunakan serangga (jangkrik) yang dimasukkan ke dalam respirometer. Serangga ini dimasukkan ke dalam tabung respirometer kemudian dimasukkan eosin yang berfungsi untuk mengikat O2, namun eosin harus dibungkus terlebih dahulu dengan menggunakan kapas sebelum dimasukkan ke dalam tabung. Hal ini dimaksudkan untuk memisahkan serangga dengan zat kimia karena serangga akan mati bila bersentuhan dengan eosin. Kemudian pada ujung pipa kapiler diberi cairan untuk memisahkan udara yang ada di dalam tabung dan udara yang ada di luar tabung. Sistem pernapasan trakea pada serangga yaitu udara masuk melalui stigma, dan masuk ke dalam trakea, terlebih dahulu udara ini disaring oleh rambut-rambut halus yang terdapat pada stigma sehingga udara dan debu dapat dipisahkan. Karena adanya kontraksi tubuh yang menjadikan tubuh serangga kembang kempis sehingga pembuluh trakea ikut kembang kempis. Akibatnya udara dapat beredar keseluruh bagian sel tubuh dan diedarkan oleh trakeolus yaitu cabang-cabang kecil trakea yang menembus jaringan kecil. Pada proses respirasi ditandai dengan bergeraknya air pada pipa kapiler. Pada praktikum ini, ditambahkan Kristal KOH dimaksudkan agar dapat mengikat CO2 dan tekanan dalam respirometer sederhana menurun. Jika CO2 tidak diikat maka tekanan parsial gas dalam respirometer sederhana akan tetap dan eosin tidak bisa bergerak yang mengakibatkan volume oksigen yang dihirup jangkrik tidak bisa diukur. Kristal KOH dapat mengikat CO2 karena bersifat higroskopis.  Persamaan reaksi antara eosin dan CO2 yaitu:
     KOH + CO2 è KHCO3
     KHCO3 + KOH è K2CO3 + H2O

Dari tabel hasil pengamatan dapat dilihat bahwa terdapat 4 jangkrik yang diamati. 4 jangkrik tersebut diamati dan diukur kecepatan reaksi dan kecepatan metabolismenya. Jangkrik yang diamati yaitu jangkrik jantan dengan jangkrik betina dan 2 jangkrik jantan yang berbeda beratnya.
Pada pengamatan pertama, jangkrik jantan dengan berat 27,06 gr ini diamati dari 10 menit pertama sampai 10 menit ke 3 bahwa rata-rata volume O2 yang dibutuhkan yaitu 0,37 ml. Jangkrik jantan bergerak secara pasif. Sedangkan, pada jangkrik betina dengan berat 27,02 gr ini diamati dari 10 menit pertama sampai 10 menit ke 3 bahwa rata-rata volume O2 yang dibutuhkan yaitu 0,15 ml. berbeda dengan jangkrik jantan, jangkrik betina bergerak secara aktif. Pada pengamatan pertama terlihat bahwa jangkrik jantan lebih banyak membutuhkan O2 untuk proses respirasi dan proses metabolisme dan ukuran jangkrik jantan yang lebih besar dari ukuran betina dapat mempengaruhi dalam proses respirasi dan proses metabolisme. Dilihat dari konsumsi oksigen pun jangkrik jantan lebih banyak membutuhkan  oksigen dibandingkan dengan jangkrik betina.
Dan, pada pengamatan kedua jangkrik jantan pertama dengan berat 27,08 gr ini diamati dari 10 menit pertama sampai 10 menit ke 3 bahwa rata-rata volume O2 yang dibutuhkan yaitu 0,16 ml. jangkrik jantan pertama bergerak secara aktif. Sedangkan, pada jangkrik jantan kedua dengan berat 27,20 gr ini diamati dari 10 menit pertama sampai 10 menit ke 3 bahwa rata-rata volume O2 yang dibutuhkan yaitu 0,21 ml. pada pengamatan kedua, kedua jangkrik jantan ini memiliki berat yang berbeda. Jangkrik jantan kedua lebih berat dibandingkan jangkrik jantan pertama sehingga banyak membutuhkan O2. Dan, dilihat dari konsumsi oksigen pun jangkrik kedua dengan berat 27,20 gr lebih banyak membutuhkan oksigen dibandingkan dengan jangkrik jantan dengan berat 27,08 gr. Dari keempat percobaan yang telah dilakukan terbukti bahwa hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding terbalik. Karena, setiap makhluk hidup membutuhkan O2 dalam jumlah yang besar melebihi dari berat tubuh. Pada hasil pengamatan diatas, jelas sekali bahwa ukuran tubuh mempengaruhi laju pernafasan, semakin kecil ukuran dan berat tubuh maka semakin cepat pernafasannya.
Faktor yang mempengaruhi terhadap proses respirasi dan metabolisme pada jangkrik antara lain dari berat jangkrik, aktifitas tubuhnya, jenis kelamin, kadar  O2 di dalam udara, dan kelembaban. Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a.        Suhu.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trakea yang berfungsi untuk mengangkut dan mngedarkan O2  ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
b.      Jenis kelamin
Jenis Kelamin jangkrik  betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi yang berbeda.
c.       Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
d.      Ketersediaan Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
e.       Berat Tubuh
Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding terbalik. Karena setiap makhluk hidup membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang besar. Melebihi dari Berat tubuh. Pada hasil di atas jelas sekali bahwa ukuran tubuh mempegaruhi laju pernapasan, semakin kecil ukuran dan berat tubuh maka semakin cepat pernapasannya.

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan terhadap jangkrik dapat disimpulkan bahwa:
1.      Pada percobaan pertama yaitu perbandingan antara jangkrik jantan dengan betina yang berat badannya hampir sama, konsumsi oksigen lebih banyak dibutuhkan oleh jangkrik jantan dengan konsumsi oksigen sebanyak 7,45 ml/menit/gr, dibandingkan dengan jangkrik betina yang konsumsi oksigennya sebanyak 3,04 ml/menit/gr. Ini semua di karenakan jangkrik jantan lebih aktip bergerak dibandingkan jangkrik betina.
2.      Pada percobaan kedua yaitu perbandingan jangkrik jantan dengan berat yang berbeda dapat disimpulkan bahwa jangkrik jantan yang lebih gemuk / berat dengan konsumsi oksigen sebanyak 4,11 ml/menit/gr lebih banyak mengkonsumsi oksigen dibandingkan jangkrik yang berat tubuhnya lebih ringan dengan konsumsi oksigen sebanyak 7,45 ml/menit/gr. Ini menunjukan bahwa ukuran tubuh mempengaruhi laju pernapasan jangkrik.
Dari kedua percobaan diatas membuktikan bahwa ukuran tubuh mempengaruhi laju pernapasan jangkrik dengan dibuktikan bahwa jangkrik jantan yang berat tubuhnya lebih besar memerlukan banyak konsumsi oksigen dari pada jangkrik betina dan jangkrik yang ukurannya lebih kecil,namun dari kedua percobaan yang kami lakukan jangkrik jantan dengan berat 27,06 gr lebih banyak memerlukan oksigen dibandingkan jangkrik jantan pada percobaan kedua yang berat tubuhnya 27,20 gr , ini menunjukan bahwa laju pernapasan juga dipengaruhi beberapa factor seperti: usia, jenis kelamin, tingkat stress, ketinggian, ketersediaan oksigen  dan aktivitas jangkrik tersebut.

















DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1992. Pengantar Fisiologi Hewan.  Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Page, D. 1989. Prinsip-Prinsip Biokimia edisi II. Erlangga: Jakarta
Rusyana, Adun. 2014. Zoologi Invertebrata. Alfabeta : Bandung
Suhtanry, Rubianty. 1985. Kimia Pangan. Badan Kerja Sama Perguruan Negeri Indonesia Bagian Timur: Makassar



Tidak ada komentar:

Posting Komentar