LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
KONSUMSI OKSIGEN PADA HEWAN
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Fisiologi Hewan yang diampu oleh Siti Nurkamilah, M.Pd.
Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Dini Fajriani (14541001)
Eneng Diarini Nur Fadilah (14541010)
Hanie Nur Fauziah (14541039)
Neng Vivi Silvianur (14541030)
Novie Achdiani Pratiwi (14541023)
Saepul Milah (14541015)
Silvi Handriyati (14541013)
BIOLOGI 3-A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) GARUT
Jl.Pahlawan No.32 Sukagalih
2016
1.1 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui kecepatan respirasi pada jangkrik
dan factor yang mempengaruhi kecepatan
respirasi pada jangkrik
2.1
Alat dan Bahan
·
Alat
-
Respirometer
-
Kapas
-
Stopwatch
-
Alat tulis
-
Gelas kimia
-
Spatula
-
Pipet tetes
·
Bahan
-
KOH
-
Jangkrik
-
Vaselin
-
Eosin
3.1
Cara Kerja
Percobaan
1
1. Diambil
4 jangkrik yang akan diamati
2. Diambil
2 jangkrik yaitu jangkrik jantan dan jangkrik betina.
3. Ditimbang
jangkrik jantan dan jangkrik betina tersebut.
4. Diperoleh
berat jangkrik jantan 27,06 gr dan jangkrik betina 27,02 gr.
5. Dimasukan
Kristal KOH yang telah dibungkus dengan
kapas ke dalam respirometer sederhana.
6. Dimasukan
jangkrik jantan 27,06 gr ke dalam respirometer sederhana.
7. Ditutup
dengan penutup respirometer sederhana dengan menggunakan vaselin.
8. Diamati
pergerakan eosin pada pipa skala.
9. Dihitung
pergerakannya selama 10 menit dengan 3 kali percobaan.
10. Dihitung
konsumsi oksigen dengan menuliskannya di dalam tabel yang disediakan.
11. Dimasukan
Kristal KOH yang telah dibungkus dengan
kapas ke dalam respirometer sederhana.
12. Dimasukkan
jangkrik betina 27,02 gr ke dalam respirometer sederhana.
13. Ditutup
dengan penutup respirometer sederhana dengan menggunakan vaselin.
14. Diamati
pergerakan eosin pada pipa skala
15. Dihitung
pergerakannya selama 10 menit dengan 3 kali percobaan.
16. Dihitung
konsumsi oksigen dengan menuliskannya di dalam tabel yang disediakan.
17. Dibandingkan
konsumsi oksigen antara jangkrik jantan 27,06 gr dengan jangkrik betina 27,02
gr.
Perlakuan
2
1. Diambil
2 jangkrik jantan yang berbeda beratnya.
2. Ditimbang
kedua jangkrik tersebut.
3. Diperoleh
berat jangkrik pertama 27,08 gr dan jangkrik jantan kedua 27,20 gr.
4. Dimasukan
Kristal KOH yang telah dibungkus dengan
kapas ke dalam respirometer sederhana.
5. Dimasukan
jangkrik jantan pertama 27,08 gr ke dalam respirometer sederhana.
6. Ditutup
dengan penutup respirometer sederhana dengan menggunakan vaselin.
7. Diamati
pergerakan eosin pada pipa skala
8. Dihitung
pergerakannya selama 10 menit dengan 3 kali percobaan.
9. Dihitung
konsumsi oksigen dengan menuliskannya di dalam tabel yang disediakan.
10. Dimasukan
Kristal KOH yang telah dibungkus dengan
kapas ke dalam respirometer sederhana.
11. Dimasukan
jangkrik jantan kedua 27,20 gr ke dalam respirometer sederhana.
12. Ditutup
dengan penutup respirometer sederhana dengan menggunakan vaselin.
13. Diamati
pergerakan eosin pada pipa skala
14. Dihitung
pergerakannya selama 10 menit dengan 3 kali percobaan.
15. Dihitung
konsumsi oksigen dengan menuliskannya di dalam tabel yang disediakan.
16. Dibandingkan
konsumsi oksigen antara jangkrik jantan pertama 27,08 gr dengan jangkrik jantan
kedua 27,20 gr.
4.1
Hasil dan Pembahasan
Berikut
ini adalah tabel konsumsi oksigen pada 4 jangkrik yang telah diamati :
TABEL
PENGAMATAN
1. Jantan-betina
a.
Jantan
(27,06 gr)
WAKTU
|
VOLUME
O2
|
10 menit ke 1
|
0,57 ml
|
10 menit ke 2
|
0,26 ml
|
10 menit ke 3
|
0,14 ml
|
Rata-rata
|
0,37 ml
|
Berat tubuh = berat akhir-berat awal
= 27,06 gr – 22,10 gr
= 4,96 gr
Konsumsi O2 pada jangkrik
= rata-rata / waktu / berat jangkrik
= 0,37 ml / 10 menit / 4,96 gr
= 7,45 ml / menit / gr
b.
Betina
(27,02 gr)
WAKTU
|
VOLUME
O2
|
10 menit ke 1
|
0,24 ml
|
10 menit ke 2
|
0,11 ml
|
10 menit ke 3
|
0,09 ml
|
Rata-rata
|
0,15 ml
|
Berat tubuh = berat akhir-berat awal
= 27,02 gr – 22,10 gr
= 4,92 gr
Konsumsi O2 pada jangkrik
= rata-rata / waktu / berat jangkrik
= 0,15 ml / 10 menit / 4,92 gr
= 3,04 ml / menit / gr
2. Jantan-jantan
a.
Jantan
(27,08 gr)
WAKTU
|
VOLUME
O2
|
10 menit ke 1
|
0,15 ml
|
10 menit ke 2
|
0,2 ml
|
10 menit ke 3
|
0,14 ml
|
Rata-rata
|
0,16 ml
|
Berat tubuh = berat akhir-berat awal
= 27,08 gr – 22,10 gr
= 4,98 gr
Konsumsi O2 pada jangkrik
= rata-rata / waktu / berat jangkrik
= 0,16 ml / 10 menit / 4,98 gr
= 3,21 ml / menit / gr
b.
Jantan
(27,20 gr)
WAKTU
|
VOLUME
O2
|
10 menit ke 1
|
0,28 ml
|
10 menit ke 2
|
0,20 ml
|
10 menit ke 3
|
0,16 ml
|
Rata-rata
|
0,21 ml
|
Berat tubuh = berat akhir-berat awal
= 27,20 gr – 22,10 gr
= 5,1 gr
Konsumsi O2 pada jangkrik
= rata-rata / waktu / berat jangkrik
= 0,21 ml / 10 menit / 5,1 gr
= 4,11 ml / menit / gr
5.1
Pembahasan
Pada praktikum repirasi
kali ini menggunakan serangga (jangkrik) yang dimasukkan ke dalam respirometer.
Serangga ini dimasukkan ke dalam tabung respirometer kemudian dimasukkan eosin
yang berfungsi untuk mengikat O2, namun eosin harus dibungkus terlebih dahulu
dengan menggunakan kapas sebelum dimasukkan ke dalam tabung. Hal ini
dimaksudkan untuk memisahkan serangga dengan zat kimia karena serangga akan
mati bila bersentuhan dengan eosin. Kemudian pada ujung pipa kapiler diberi
cairan untuk memisahkan udara yang ada di dalam tabung dan udara yang ada di
luar tabung. Sistem pernapasan trakea pada serangga yaitu udara masuk melalui
stigma, dan masuk ke dalam trakea, terlebih dahulu udara ini disaring oleh
rambut-rambut halus yang terdapat pada stigma sehingga udara dan debu dapat
dipisahkan. Karena adanya kontraksi tubuh yang menjadikan tubuh serangga
kembang kempis sehingga pembuluh trakea ikut kembang kempis. Akibatnya udara
dapat beredar keseluruh bagian sel tubuh dan diedarkan oleh trakeolus yaitu
cabang-cabang kecil trakea yang menembus jaringan kecil. Pada proses respirasi
ditandai dengan bergeraknya air pada pipa kapiler. Pada praktikum ini,
ditambahkan Kristal KOH dimaksudkan agar dapat mengikat CO2 dan
tekanan dalam respirometer sederhana menurun. Jika CO2 tidak diikat
maka tekanan parsial gas dalam respirometer sederhana akan tetap dan eosin
tidak bisa bergerak yang mengakibatkan volume oksigen yang dihirup jangkrik
tidak bisa diukur. Kristal KOH dapat mengikat CO2 karena bersifat higroskopis. Persamaan reaksi antara eosin dan CO2 yaitu:
KOH + CO2 è
KHCO3
KHCO3 + KOH è
K2CO3 + H2O
Dari
tabel hasil pengamatan dapat dilihat bahwa terdapat 4 jangkrik yang diamati. 4
jangkrik tersebut diamati dan diukur kecepatan reaksi dan kecepatan
metabolismenya. Jangkrik yang diamati yaitu jangkrik jantan dengan jangkrik
betina dan 2 jangkrik jantan yang berbeda beratnya.
Pada
pengamatan pertama, jangkrik jantan dengan berat 27,06 gr ini diamati dari 10
menit pertama sampai 10 menit ke 3 bahwa rata-rata volume O2 yang
dibutuhkan yaitu 0,37 ml. Jangkrik jantan bergerak secara pasif. Sedangkan,
pada jangkrik betina dengan berat 27,02 gr ini diamati dari 10 menit pertama
sampai 10 menit ke 3 bahwa rata-rata volume O2 yang dibutuhkan yaitu
0,15 ml. berbeda dengan jangkrik jantan, jangkrik betina bergerak secara aktif.
Pada pengamatan pertama terlihat bahwa jangkrik jantan lebih banyak membutuhkan
O2 untuk proses respirasi dan proses metabolisme dan ukuran jangkrik
jantan yang lebih besar dari ukuran betina dapat mempengaruhi dalam proses
respirasi dan proses metabolisme. Dilihat dari konsumsi oksigen pun jangkrik
jantan lebih banyak membutuhkan oksigen
dibandingkan dengan jangkrik betina.
Dan,
pada pengamatan kedua jangkrik jantan pertama dengan berat 27,08 gr ini diamati
dari 10 menit pertama sampai 10 menit ke 3 bahwa rata-rata volume O2 yang
dibutuhkan yaitu 0,16 ml. jangkrik jantan pertama bergerak secara aktif.
Sedangkan, pada jangkrik jantan kedua dengan berat 27,20 gr ini diamati dari 10
menit pertama sampai 10 menit ke 3 bahwa rata-rata volume O2 yang
dibutuhkan yaitu 0,21 ml. pada pengamatan kedua, kedua jangkrik jantan ini
memiliki berat yang berbeda. Jangkrik jantan kedua lebih berat dibandingkan
jangkrik jantan pertama sehingga banyak membutuhkan O2. Dan, dilihat
dari konsumsi oksigen pun jangkrik kedua dengan berat 27,20 gr lebih banyak
membutuhkan oksigen dibandingkan dengan jangkrik jantan dengan berat 27,08 gr.
Dari keempat percobaan yang telah dilakukan terbukti bahwa hubungan antara
berat dengan penggunaan oksigen berbanding terbalik. Karena, setiap makhluk
hidup membutuhkan O2 dalam jumlah yang besar melebihi dari berat
tubuh. Pada hasil pengamatan diatas, jelas sekali bahwa ukuran tubuh
mempengaruhi laju pernafasan, semakin kecil ukuran dan berat tubuh maka semakin
cepat pernafasannya.
Faktor yang mempengaruhi terhadap proses
respirasi dan metabolisme pada jangkrik antara lain dari berat jangkrik,
aktifitas tubuhnya, jenis kelamin, kadar
O2 di dalam udara, dan kelembaban. Laju respirasi dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain:
a.
Suhu.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system
trakea yang berfungsi untuk mengangkut dan mngedarkan O2 ke
seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh.
Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke
seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2
dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara
masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri
tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang
memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya
pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi
otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
b.
Jenis kelamin
Jenis Kelamin jangkrik
betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi yang berbeda.
c.
Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan,
makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai
akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang
meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
d. Ketersediaan
Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi,
namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan
berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan
oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen
yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang
tersedia di udara.
e.
Berat Tubuh
Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen
berbanding terbalik. Karena setiap makhluk hidup membutuhkan O2
(Oksigen) dalam jumlah yang besar. Melebihi dari Berat tubuh. Pada hasil di
atas jelas sekali bahwa ukuran tubuh mempegaruhi laju pernapasan, semakin kecil
ukuran dan berat tubuh maka semakin cepat pernapasannya.
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengamatan yang kami lakukan terhadap jangkrik dapat disimpulkan bahwa:
1.
Pada percobaan pertama yaitu
perbandingan antara jangkrik jantan dengan betina yang berat badannya hampir
sama, konsumsi oksigen lebih banyak dibutuhkan oleh jangkrik jantan dengan
konsumsi oksigen sebanyak 7,45 ml/menit/gr, dibandingkan dengan jangkrik betina
yang konsumsi oksigennya sebanyak 3,04 ml/menit/gr. Ini semua di karenakan
jangkrik jantan lebih aktip bergerak dibandingkan jangkrik betina.
2.
Pada percobaan kedua yaitu perbandingan
jangkrik jantan dengan berat yang berbeda dapat disimpulkan bahwa jangkrik
jantan yang lebih gemuk / berat dengan konsumsi oksigen sebanyak 4,11
ml/menit/gr lebih banyak mengkonsumsi oksigen dibandingkan jangkrik yang berat
tubuhnya lebih ringan dengan konsumsi oksigen sebanyak 7,45 ml/menit/gr. Ini
menunjukan bahwa ukuran tubuh mempengaruhi laju pernapasan jangkrik.
Dari
kedua percobaan diatas membuktikan bahwa ukuran tubuh mempengaruhi laju
pernapasan jangkrik dengan dibuktikan bahwa jangkrik jantan yang berat tubuhnya
lebih besar memerlukan banyak konsumsi oksigen dari pada jangkrik betina dan
jangkrik yang ukurannya lebih kecil,namun dari kedua percobaan yang kami
lakukan jangkrik jantan dengan berat 27,06 gr lebih banyak memerlukan oksigen
dibandingkan jangkrik jantan pada percobaan kedua yang berat tubuhnya 27,20 gr
, ini menunjukan bahwa laju pernapasan juga dipengaruhi beberapa factor
seperti: usia, jenis kelamin, tingkat stress, ketinggian, ketersediaan
oksigen dan aktivitas jangkrik tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1992. Pengantar Fisiologi Hewan.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Page, D. 1989. Prinsip-Prinsip Biokimia edisi II. Erlangga: Jakarta
Rusyana, Adun. 2014. Zoologi Invertebrata. Alfabeta : Bandung
Suhtanry, Rubianty. 1985. Kimia Pangan. Badan Kerja Sama
Perguruan Negeri Indonesia
Bagian Timur: Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar